Ketua Program Studi S2 Magister Perencanaan Wilayah dan Kota (Planologi) Fakultas Teknik Unissula Semarang. Juga sebagai Sekretaris I Bidang Penataan Kota, Pemberdayaan Masyarakat Urban, Pengembangan Potensi Daerah, dan Pemanfaatan SDA, ICMI Orwil Jawa Tengah. Selain itu juga sebagai Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah.
Kemiskinan dalam Islam: Manusia Memiliki Peran Aktif dengan Usaha dan Ikhtiar
9 jam lalu
Kemiskinan dalam Islam adalah takdir Allah, ujian, dan kondisi kekurangan materi maupun keberkahan, yang harus dihadapi dengan usaha dan sabar.
***
Dalam Islam, kemiskinan dipahami sebagai bagian dari takdir dan ketentuan Allah SWT terkait rezeki (rizki) yang diperoleh setiap manusia. Konsep rezeki dalam Islam tidak hanya meliputi harta materi, tetapi juga meliputi segala kebutuhan hidup yang diperoleh dengan usaha dan ketentuan ilahi. Allah berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 71:
“Allah melebihkan setengah kamu dari yang setengah dalam hal rizki. Maka tidaklah orang-orang yang dilebihkan itu memberikan rizki mereka atas hamba sahayanya (melainkan Allah juga), maka mereka sama saja padanya. Patutkah mereka ingkar akan nikmat Allah itu.”
Begitu pula dalam QS. Al-Isra ayat 30 disebutkan:
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.”
Dari ayat-ayat ini dapat dipahami bahwa rizki telah diatur oleh Allah dengan cara yang adil dan penuh hikmah, serta manusia memiliki peran aktif dengan usaha dan ikhtiar dalam merealisasikan rizki tersebut.
Pengertian Kemiskinan Menurut Islam
Kemiskinan dalam pandangan Islam tidak hanya berarti kekurangan materi atau harta, tetapi juga mencakup kekurangan dalam keberkahan, ilmu, dan kesempatan hidup. Islam mengajarkan bahwa kemiskinan merupakan ujian sekaligus nikmat dari Allah, yang jika dihadapi dengan sabar dan tawakal, dapat mendekatkan seseorang kepada-Nya. Sikap sabar dalam menghadapi kondisi miskin dan tawakal kepada Allah menjadi kunci untuk memperoleh keberkahan dalam kehidupan. Selain itu, Islam mengatur hubungan sosial antara orang kaya dan miskin dengan prinsip saling membantu dan menjaga keseimbangan. Melalui interaksi ini, kesenjangan sosial diupayakan tidak terlalu tajam, sehingga masyarakat bisa rukun dan sejahtera bersama. Islam mendorong umatnya untuk berbagi rezeki lewat zakat, sedekah, dan bentuk kepedulian sosial lainnya sebagai cara memperbaiki kondisi kemiskinan serta mempererat persaudaraan. Dengan demikian, kemiskinan dalam Islam tidak sekadar persoalan ekonomi, tetapi juga aspek spiritual dan sosial yang saling terkait.
Sebab-sebab Kemiskinan
Dalam perspektif Islam, beberapa sebab kemiskinan bisa dijelaskan sebagai berikut:
- Takdir dan Ketentuan Allah: Rizki sudah ditetapkan sesuai hikmah-Nya. Ada yang diberi kelapangan rezeki, ada yang diuji dengan keterbatasan.
- Kurangnya usaha dan ikhtiar: Walaupun rizki sudah diatur, manusia wajib berusaha maksimal untuk meraihnya. Tanpa usaha, sulit memperoleh kemapanan.
- Ketimpangan sosial dan ekonomi: Sistem sosial kadang menyebabkan distribusi kekayaan yang tidak merata. Islam mendorong keadilan dan zakat sebagai solusi.
- Sikap boros dan tidak bijak dalam mengelola harta: Ketidakseimbangan dalam pengelolaan harta bisa menyebabkan kemiskinan.
- Faktor pendidikan dan ketrampilan: Rendahnya akses ilmu dan keterampilan bisa membatasi peluang penghasilan.
- Korupsi, penindasan, dan kezaliman: Menghambat kesempatan orang miskin berkembang.
Akibat Kemiskinan
Kemiskinan membawa dampak negatif yang luas bagi individu dan masyarakat. Pertama, kemiskinan menyebabkan turunnya kualitas hidup karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan. Kekurangan ini membuat individu sulit menjalani kehidupan sehat dan produktif. Kedua, kemiskinan membatasi akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan fasilitas sosial penting lainnya. Hal ini membuat generasi miskin sulit keluar dari lingkaran kemiskinan karena peluang berkembang sangat terbatas. Ketiga, kondisi tersebut meningkatkan risiko masalah psikologis seperti stres dan depresi, serta menimbulkan konflik sosial di lingkungan masyarakat akibat ketegangan akibat ketidakadilan ekonomi. Keempat, kemiskinan juga menyebabkan ketimpangan sosial yang semakin melebar di masyarakat, menciptakan kesenjangan antara yang mampu dan yang tidak. Kelima, tekanan ekonomi yang dialami oleh keluarga miskin dapat mendorong munculnya perilaku kriminal dan tindakan negatif lainnya sebagai upaya bertahan hidup. Oleh sebab itu, kemiskinan bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi juga masalah sosial yang kompleks dan membutuhkan penanganan menyeluruh agar dapat mengurangi dampaknya secara efektif.
Kesimpulan
Islam sangat memperhatikan kesejahteraan umat dan mendorong solidaritas sosial melalui mekanisme zakat, infak, dan sedekah agar kemiskinan bisa diatasi bersama. Manusia dianjurkan untuk berusaha dan berdoa agar mendapatkan rezeki yang halal dan berkah, serta tidak merasa rendah diri ketika mengalami kemiskinan. Sebab semua ketentuan rizki adalah bagian dari ujian dan hikmah yang Allah berikan sebagai bentuk kasih sayang-Nya.
Referensi
- Al-Qur’an dan Terjemahannya, QS. An-Nahl (16): 71 dan QS. Al-Isra (17): 30
- Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulumuddin.
- Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pedoman Zakat dan Kesejahteraan Sosial dalam Islam.
Dr. Ir. Mohammad Agung Ridlo, M.T.
Ketua Program Studi S2 Magister Perencanaan Wilayah dan Kota (Planologi) Fakultas Teknik UNISSULA. Juga sebagai Sekretaris I Bidang Penataan Kota, Pemberdayaan Masyarakat Urban, Pengembangan Potensi Daerah, dan Pemanfaatan SDA, ICMI Orwil Jawa Tengah. Selain itu juga menjadi Ketua Bidang Teknologi Tradisional, Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Provinsi Jawa Tengah. Serta sebagai Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah.

Penulis Indonesiana
1 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler